Kamis, 01 September 2011

Permasalahan Pendidikan


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Apa jadinya bila pembangunan di Indonesia tidak dibarengi dengan pembangunan di bidang pendidikan?. Walaupun pembangunan fisiknya baik, tetapi apa gunanya bila moral bangsa terpuruk. Jika hal tersebut terjadi, bidang ekonomi akan bermasalah, karena tiap orang akan korupsi. Sehingga lambat laun akan datang hari dimana negara dan bangsa ini hancur. Oleh karena itu, untuk pencegahannya, pendidikan harus dijadikan salah satu prioritas dalam pembangunan negeri ini.

Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan di dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.
Permasalahan pendidikan di Indonesia masa kini sesungguhnya sangat kompleks. Makalah ini dengan segala keterbatasannya, hanya sempat menyoroti beberapa diantaranya yang dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu permasalahan eksternal dan internal.

1.2  PERUMUSAN MASALAH
1.     Apa saja permasalahan eksternal pendidikan di Indonesia?
2.     Apa saja permasalahan internal pendidikan di Indonesia?

1.3  TUJUAN PENULISAN
2.     Mendeskripsikan  permasalahan eksternal pendidikan.
3.     Mendeskripsikan  petrmasalahan internal pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Permasalahan Eksternal Pendidikan
Permasalahan eksternal pendidikan di Indonesia dewasa ini sesungguhnya sangat kompleks. Hal ini dikarenakan oleh kenyataan kompleksnya dimensi-dimensi eksternal pendidikan itu sendiri. Dimensi-dimensi eksternal pendidikan meliputi dimensi sosial, politik, ekonomi, budaya, dan bahkan juga dimensi global. Dari berbagai permasalahan pada dimensi eksternal pendidikan di Indonesia dewasa ini, makalah ini hanya akan menyoroti permasalan globalisasi.
Permasalahan globalisasi menjadi penting untuk disoroti, karena ia merupakan trend abad ke-21 yang sangat kuat pengaruhnya pada segenap sektor kehidupan, termasuk pada sektor pendidikan. Permasalahan tersebut merupakan tantangan yang harus dijawab oleh dunia pendidikan, jika pendidikan ingin berhasil mengemban misi dan fungsinya.

ü  Permasalahan globalisasi
Globalisasi mengandung arti terintegrasinya kehidupan nasional ke dalam kehidupan global. Bila dikaitkan dalam bidang pendidikan, globalisasi pendidikan berarti terintegrasinya pendidikan nasional ke dalam pendidikan dunia. Sebegitu jauh, globalisasi memang belum merupakan kecenderungan umum dalam bidang pendidikan. Namun gejala kearah itu sudah mulai nampak.
Sejumlah SMK dan SMA di beberapa kota di Indonesia sudah menerapkan sistem Manajemen Mutu (Quality Management Sistem) yang berlaku secara internasional dalam pengelolaan manajemen sekolah mereka, yaitu SMM ISO 9001:2000; dan banyak diantaranya yang sudah menerima sertifikat ISO.
Oleh karena itu, dewasa ini globalisasi sudah mulai menjadi permasalahan aktual pendidikan. Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan terutama menyangkut output pendidikan. Seperti diketahui, di era globalisasi dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif (Comperative adventage) kepada keunggulan kompetitif (competitive advantage). Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara keunggulan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Dalam konteks pergeseran paradigma keunggulan tersebut, pendidikan nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat tinggi, karena harus berhadapan dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini berkaitan erat dengan kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan semangat cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi akan memilih sekolah-sekolah di luar negeri sebagai tempat pendidikan mereka, terutama jika kondisi sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif under-quality (berkualitas rendah). Kecenderungan ini sudah mulai terlihat pada tingkat perguruan tinggi dan bukan mustahil akan merambah pada tingkat sekolah menengah.
Bila persoalannya hanya sebatas tantangan kompetitif, maka masalahnya tidak menjadi sangat krusial (gawat). Tetapi salah satu ciri globalisasi ialah adanya “regulasi-regulasi”. Dalam bidang pendidikan hal itu tampak pada batasan-batasan atau ketentuan-ketentuan tentang sekolah berstandar internasional. Pada jajaran SMK regulasi sekolah berstandar internasional tersebut sudah lama disosialisasikan. Bila regulasi berstandar internasional ini kemudian ditetapkan sebagai prasyarat bagi output pendidikan untuk memperoleh akses ke bursa tenaga kerja global, maka hal ini pasti akan menjadi permasalah serius bagi pendidikan nasional.
Globalisasi memang membuka peluang bagi pendidikan nasional, tetapi pada waktu yang sama ia juga menghadirkan tantangan dan permasalahan pada pendidikan nasional. Karena pendidikan pada prinsipnya mengemban etika masa depan, maka dunia pendidikan harus mau menerima dan menghadapi dinamika globalisasi sebagai bagian dari permasalahan pendidikan masa kini.

2.2   PERMASALAHAN INTERNAL PENDIDIKAN
Seperti halnya permasalahan eksternal, permasalahan internal pendidikan di Indonesia masa kini sangat kompleks. Permasalahan internal pendidikan meliputi permasalahan - permasalahan yang berhubungan dengan peran guru (pendidik) dan siswa sebagai peserta didik. Selain kedua permasalahan tersebut sebenarnya masih ada juga permasalahan lain, seperti permasalahan yang berhubungan dengan sistem kelembagaan, sarana dan prasarana, manajemen, anggaran operasional, dan kurikulum.

ü  Peran Guru (Pendidik)
Salah satu komponen penting dalam kegiatan pendidikan dan proses pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun kemajuan taknologi telah menyediakan berbagai ragam alat bantu untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru merupakan variable penting bagi keberhasilan pendidikan.
Peran guru sebagai tenaga pendidik tidak hanya berhenti sebagai pemegang tonggak peradaban saja, melainkan juga sebagai rahim peradaban bagi kemajuan zaman. Karena dialah sosok yang berperan aktif dalam pentransferan ilmu dan pengetahuan bagi anak didiknya untuk dijadikan bekal yang sangat vital bagi dirinya kelak. Bahkan yang lebih penting disamping itu, mereka mampu mengembangkan dan memberdayakan manusia, untuk dicetak menjadi seorang yang berkarakter dan bermental baja, agar mereka tidak minder dalam meghadapi masalah dan dapat bersikap layaknya seorang ksatria.

a.      Profesonialitas Guru
Suyanto (2007: 3-4) menjelaskan bahwa guru yang profesional harus memiliki kualifikasi dan ciri-ciri tertentu. Kualifikasi dan ciri-ciri dimaksud adalah:
·       harus memiliki landasan pengetahuan yang kuat
·       harus berdasarkan atas kompetensi individual
·       memiliki sistem seleksi dan sertifikasi
·       ada kerja sama dan kompetisi yang sehat antar sejawat
·       adanya kesadaran profesional yang tinggi
·       memiliki prinsip-prinsip etik (kode etik)
·       memiliki sistem seleksi profesi
·       adanya militansi individual
·       memiliki organisasi profesi.
Dari ciri-ciri atau karakteristik profesionalisme yang dikemukakan di atas jelaslah bahwa guru tidak bisa datang dari mana saja tanpa melalui sistem pendidikan profesi dan seleksi yang baik. Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar sebagai usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan). Namun kenyataan dilapangan menunjukkan adanya guru terlebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui sistem seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak mengatakan sangat banyak, guru yang tidak profesional.
b.     Mengurangi Masalah Guru
Problem paling vital yang sedang merajalela di kalangan guru sekarang ini adalah kurangnya keseriusan pemerintah dalam menjaga dan melindungi martabat eksistensi guru, baik itu guru tetap, negeri, swasta maupun honor. Sekarang ini eksistensi guru swasta sangat memprihatinkan. Seolah-olah mereka adalah anak tiri yang lagi diterlantarkan oleh pemerintah. Hal tersebut diempiriskan oleh banyaknya sekolah-sekolah swasta yang tidak mampu untuk membiayai guru-gurunya, sehingga yang terjadi adalah berkurangnya kualitas guru, bahkan tidak menutup kemungkinan eksistensi sekolah itu akan berakhir dengan tragis dan memalukan.
Jika keanaktirian itu tidak segera diatasi, dan terus membayang-bayangi, maka yang terjadi adalah tidak layaknya keberlangsungan sebuah yayasan, karena selalu meresahkan masyarakat, dengan jalan menarik iuran sekolah terlalu tinggi, tidak mampu menghargai kinerja guru, dan yang teparah adalah ketidakmampuan memberikan pendidikan yang berkualitas bagi anak didik, dikarenakan kurangnya fasilitas-fasilitas sekolah yang harus dipenuhi.

c.      Kesejahteraan Guru
Jika kita menginginkan proses belajar mengajar di suatu kelas berjalan seperti yang kita harapkan, maka kita juga harus memperhatikan berbagai kondisi guru. Berapa pendapatannya, bagaimana kehidupanya, sejahterakah keluarganya, dan masih ada sederetan pertanyaan yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Yang lebih pastinya, keutamaan kesejahteraan guru itu tidak hanya sebagai mutu hidupnya saja, tetapi lebih condong pada kualitas pendidikan yang diajarkan.
Karena eksistensi guru sebagai manusia tidak mungkin lepas dari ketergantunganya kepada orang lain. Artinya, keberadaan guru sebagai manusia pasti mempunyai keluarga yang harus dicukupinya. Untuk mencukupinya itu pasti memerlukan sesuatu, termasuk uang. Jika kebutuhan itu sulit untuk dicapainya, maka secara otomatis konsentrasinya dalam belajar akan berkurang, dan hal ini berdampak pada kualitas pengajaranya yang berimbas pada murid.


ü  Peran Peserta Didik
Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvei di Asia Pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75. Ini menunjukkan rendahnya prestasi para peserta didik di Indonesia. Faktor- faktor penyebabnya adalah:

a.      Pengelolaan proses belajar mengajar
Ketersediaan sarana fisik yang memadai, rendahnya kualitas guru, kurikulum yang sering berganti merupakan faktor – faktor penyebab pencapaian prestasi siswa menjadi tidak memuaskan. Contoh kasusnya seperti tidak adanya laboratorium tempat pengujian teori – teori yang dibaca akan membuat siswa kurang termotivasi dan terus menghafal sampai peserta didik merasa bosan.

b.     Faktor Internal  dan Eksternal Peserta Didik
Banyak faktor internal yang mempengaruhi pencapaian prestasi peserta didik menurun, misalnya masalah dalam keluarga. Keluarga yang bermasalah dapat membuat konsentrasi peserta didik terganggu, tidak adanya dukungan dari keluarga yang merupakan semangat bagi peserta didik. Contoh faktor eksternal yaitu pergaulan. Adanya pengaruh teman sebaya yang tidak mendukung merupakan salah satu penyebab. Peserta didik sibuk dengan pergaulannya dan mengabaikan pelajarannya.

c.       Kurangnya Minat Baca
Pendidikan selalu berkaitan dengan kegiatan belajar. Belajar selalu identik dengan membaca. Membaca selalu berhubungan dengan bertambahnya pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Persoalanya, kualitas membaca masyarakat juga siswa dan mahasiswa kita teramat rendah. Survei yang dilakukan oleh International Education Achievement (IEA) awal 2000, menunjukkan bahwa rangking kualitas membaca anak – anak sekolah kita menduduki urutan ke-29 dari 31 negara yang diteliti di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika. Penyair Taufik Ismail bahkan menyatakan dalam penelitianya bahwa anak-anak sekolah Indonesia nol (0) membaca karya sastra.
Sesungguhnya persoalan minat baca sudah dibincang oleh wakil rakyat awal tahun 60-an. Pada 1969 anggota DPR-GR sudah mendirikan yayasan yang berhubungan dengan masalah minat baca dan perpustakaan (Ajip Rosidi, 1983). Sampai sekarang pun para pejabat Depdiknas dan institusi terkait berusaha keras meningkatkan minat baca didukung oleh asosiasi keterbacaan nasional. Festival Raja dan Ratu Buku yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Daerah dan Perpustakaan Nasional merupakan jalan menuju penumbuhan minat baca. Namun, sayangnya sampai sekarang hasil kualitas membaca bangsa belum menggembirakan.
Apa yang menyebabkan minat baca masyarakat kita rendah. Paling tidak ada tiga faktor yang mempengaruhi minat baca masyarakat. Pertama, belum adanya kegemaran buku yang dicontohkan oleh masyarkat termasuk orang tua dan guru. Kedua, kurang  tersedianya bahan bacaan yang cukup untuk menumbuhkan minat baca. Ketiga, tidak adanya pendidikan pembinaan minat baca, barangkali disebabkan belum terbinanya iklim membaca, belum tersedia program studi yang mengurusi minat baca atau pusat studi membaca dan kesalahan proses pembelajaran membaca dan beberapa penyebab faktor lain.



BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila di bandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebabnya yaitu permasalahan eksternal dan permasalahan internal.
Permasalahan eksternal yaitu masalah globalisasi dimana globalisasi melahirkan semangat cosmopolitantisme dan juga globalisasi membuat regulasi – regulasi yang berakibat pada peluang kerja di bursa global bagi manusia Indonesia sangat kecil.
Permasalahan internal yaitu peran guru dan peran peserta didik. Dimana guru sebagai tonggak pendidikan harus professional supaya bias mengajar dengan baik. Sedangkan peran peserta didik yaitu bagaimana ia membuat dirinya mampu menjadi manusia yang bisa diandalkan.

3.2  SARAN
Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan ke sistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus dilakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.




DAFTAR PUSTAKA









Tidak ada komentar:

Posting Komentar